v Apa itu
Filsafat Ilmu?
Filsafat
ilmu adalah
bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan
mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat,
asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara
lain ilmu alam dan ilmusosial. Di sini, filsafat
ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi
Menurut
Para Ahli :
A.
Lewis White Beck , Filsafat Ilmu membahas
dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan
pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan
B.
Peter Caws , Filsafat ilmu merupakan suatu
bagian filsafat yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya
melakukan pada seluruh pengalaman manusia.
1.
Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab, ‘alama. Arti dasar
dari kata ini adalah pengetahuan. Penggunaan kata ilmu dalam proposisi bahasa
Indonesia sering disejajarkan dengan kata science dalam bahasa Inggris. Kata
science itu sendiri memang bukan bahasa Asli Inggris, tetapi merupakan serapan
dari bahasa Latin, Scio, scire yang arti dasarnya pengetahuan. Ada juga yang
menyebutkan bahwa science berasal dari kata scientia yang berarti pengetahuan.
Scientia bersumber dari bahasa Latin Scire yang artinya mengetahui.1 Terlepas
dari berbagai perbedaan asal kata, tetapi jika benar ilmu disejajarkan dengan
kata science dalam bahasa Inggris, maka pengertiannya adalah pengetahuan.
Pengetahuan yang dipakai dalam bahasa Indonesia, kata dasarnya adalah “tahu”.2
Secara umum pengertian dari kata “tahu”
2.
Pengertian Filsafat
Filsafat berasal
dari bahasa Yunani, philosophia dan philoshophos. Menurut bentuk kata,
philosophia diambil dari kata philos dan shopia atau philos dan sophos. Philos
berarti cinta dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan, dan
hikmah. Dalam pengertian ini seseorang dapat disebut telah berfilsafat apabila
seluruh ucapannya dan perilakunya mengandung makna dan ciri sebagai orang yang
cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan dan terhadap hikmah.
3. Hubungan
Antara Ilmu Dan Filsafat
Berbagai pengertian tentang filsafat dan ilmu sebagaimana
telah dijelaskan di atas, maka berikutnya akan tergambar pula. Pola relasi
(hubungan) antara ilmu dan filsafat. Pola relasi ini dapat berbentuk persamaan
antara ilmu dan filsafat, dapat juga perbedaan di antara keduanya.
Di zaman Plato, bahkan sampai masa al Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh disebut tidak ada. Seorang filosof pasti menguasi semua ilmu. Tetapi perkembangan daya pikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praksis, berujung pada loncatan ilmu dibandingkan dengan loncatan filsafat. Meski ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam perkembangan berikut, perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung dengan kecanggihan teknologi, telah mengalahkan perkembangan filsafat. Wilayah kajian filsafat bahkan seolah lebih sempit dibandingkan dengan masa awal perkembangannya, dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Oleh karena itu, tidak salah jika kemudian muncul suatu anggapan bahwa untuk saat ini, filsafat tidak lagi dibutuhkan bahkan kurang relevan dikembangkan ole manusia. Sebab manusia hari ini mementingkan ilmu yang sifatnya praktis dibandingkan dengan filsafat yang terkadang sulit “dibumikan”. Tetapi masalahnya betulkah demikian?
Ilmu telah menjadi sekelompok pengetahuan yang terorganisir dan tersusun secara sistematis. Tugas ilmu menjadi lebih luas, yakni bagaimana ia mempelajari gejala-gejala sosial lewat observasi dan eksperimen.13 Keinginan-keinginan melakukan observasi dan eksperimen sendiri, dapat didorong oleh keinginannya untuk membuktikan hasil pemikiran filsafat yang cenderung Spekulatif ke dalam bentuk ilmu yang praktis. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai keseluruhan lanjutan sistem pengetahuan manusia yang telah dihasilkan oleh hasil kerja filsafat kemudian dibukukan secara sistematis dalam bentuk ilmu yang terteoritisasi.14 Kebenaran ilmu dibatasi hanya pada sepanjang pengalaman dan sepanjang pemikiran, sedangkan filsafat menghendaki pengetahuan yang koprehensif, yakni; yang luas, yang umum dan yang universal (menyeluruh) dan itu tidak dapat diperoleh dalam ilmu.
Di zaman Plato, bahkan sampai masa al Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh disebut tidak ada. Seorang filosof pasti menguasi semua ilmu. Tetapi perkembangan daya pikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praksis, berujung pada loncatan ilmu dibandingkan dengan loncatan filsafat. Meski ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam perkembangan berikut, perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung dengan kecanggihan teknologi, telah mengalahkan perkembangan filsafat. Wilayah kajian filsafat bahkan seolah lebih sempit dibandingkan dengan masa awal perkembangannya, dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Oleh karena itu, tidak salah jika kemudian muncul suatu anggapan bahwa untuk saat ini, filsafat tidak lagi dibutuhkan bahkan kurang relevan dikembangkan ole manusia. Sebab manusia hari ini mementingkan ilmu yang sifatnya praktis dibandingkan dengan filsafat yang terkadang sulit “dibumikan”. Tetapi masalahnya betulkah demikian?
Ilmu telah menjadi sekelompok pengetahuan yang terorganisir dan tersusun secara sistematis. Tugas ilmu menjadi lebih luas, yakni bagaimana ia mempelajari gejala-gejala sosial lewat observasi dan eksperimen.13 Keinginan-keinginan melakukan observasi dan eksperimen sendiri, dapat didorong oleh keinginannya untuk membuktikan hasil pemikiran filsafat yang cenderung Spekulatif ke dalam bentuk ilmu yang praktis. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai keseluruhan lanjutan sistem pengetahuan manusia yang telah dihasilkan oleh hasil kerja filsafat kemudian dibukukan secara sistematis dalam bentuk ilmu yang terteoritisasi.14 Kebenaran ilmu dibatasi hanya pada sepanjang pengalaman dan sepanjang pemikiran, sedangkan filsafat menghendaki pengetahuan yang koprehensif, yakni; yang luas, yang umum dan yang universal (menyeluruh) dan itu tidak dapat diperoleh dalam ilmu.
-Alma Safitri (20188500017)
1A- POR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar