Selasa, 11 Desember 2018

PENGERTIAN KOHERENSI, KORESPONDENSI, PRAGMATISME,DAN LINGUISTIK


KOHERENSI

Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria koheren atau konsisten. Suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu dapat diterima secara logis dan teori koherensi mamandang bahwa kebenaran adalah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan yang lain sudah lebih dahulu diketahui,diterima dan diakui sebagai sesuatu yang benar. Dengan demikian suatu keputusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian (pembenaran) oleh putusan-putusan lainnya yang sudah diketahui,diterima dan diakui kebenarannya.
    Suatu proposisi dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koherensi/konsisten dengan pernyatan sebelumnya yang dianggap benar.Faham koherensi menyatakan bahwa derajat keadaan saling berhubungan merupakan ukuran bagi kebenaran.Sedang keadaan saling berhubungan dengan semua kenyataan memberikan kebenaran mutlak.Teori koherensi adalah teori kebenaran sebagai keteguhan.
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila penyataan itu bersifat koheren atau konsisten,artinya pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya,yaitu yang koheren menurut logika.Misalnya , “Semua manusia pasti akan mati” adalah suatu pernyataan yang benar,sebab pernyataan tersebut adalah konsisten.
    Paham koherensi mengatakan, bahwa derajat keadaan saling berhubungan merupakan ukuran bagi derajat kebenaran, sedangkan keadaan saling berhubungan dengan semua menyataan memberikan kebenaran yang mutlak.


KORESPODENSI

Teori korespondensi [Correspondence Theory of Truth], yang kadang kala disebut The accordance Theory of Truth. Menurut teori ini dinyatakan bahwa, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian [correspondence] antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi merupakan kenyataan atau faktanya. Suatu proposisi atau pengertian adalah benar jika terdapat suatu fakta yang selaras dengan kenyataannya, atau jika ia menyatakan apa adanya.
Kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang beralasan dengan realitas, yang serasi (corresponds) dengan situasi actual. Kebenaran ialah suatu yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan situasi aktual. Kebenaran ialah persesuaian (agreement) antara pernyataan (statement) mengenai fakta dengan fakta aktual; atau antara putusan (Judgment) dengan situasi seputar (Enviromental situation) yang diberinya intepretasi. Jika suatu putusan sesuai dengan fakta, maka dapat dikatakan benar ; Jika tidak maka dapat dikatakan salah.
Teori korespondensi ini sering dianut oleh realisme/empirisme. K. Rogers, adalah orang penganut realisme kritis Amerika, yang berpendapat bahwa : keadaan benar ini terletak dalam kesesuaian antara "esensi atau arti yang kita berikan" dengan "esensi yang terdapat didalam obyeknya".
Realisme epistemologis berpandangan, bahwa terdapat realitas yang independence (tidak tergantung), yang terlepas dari pemikiran; dan kita tidak dapat mengubahnya bila kita mengalaminya atau memahami. Itulah sebabnya realisme epitemologis kadangkala disebut obyektivisme. Dengan perkataan lain: realisme epistemologis atau obyektivisme. Berpegang kepada kemandirian sebuah kenyataan tidak tergantung pada yang di luarnya. Selajunya kaum marxist mengenal dua macam kebenaran, yaitu kebenaran mutlak dan  kebenaran relatif
Kebenaran mutlak ialah kebenaran yang selengkapnya obyektif, yaitu suatu pencerminan dari realitas secara pasti mutlak. Kebenaran relatif adalah pengetahuan mengenai relaitas yang kesesuaianya tidak lengkap, tidak sempurna.
    Bagi orang kebanyakan sebuah pernyataan itu benar jika yang diungkapkannya merupakan fakta, bila ada pernyatan “ Di luar hawanya dngin”, maka hal itu benar jika di luar sungguh-sungguh benar hawanya dingin atau jika keadaan dingin di luar itu merupakan fakta.Orang mungkin mengatakan jika di luar hawanya dingin, maka proposisi tersebut akan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi lain, dan bahwa karenanya keadaan saling berhubungan itu merupakan konsekuensi dari kebenaran suatu pernyataan. Paham yang mengatakan bahwa suatu pernyataan itu benar, jika makna yang dikandungnya sungguh-sungguh merupakan halnya, dinamakan “paham korespondensi”


PRAGMATISME


    Teori pragmatisme tentang kebenaran, the pragmatic [pramatist] theory of truth. Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani pragma, artinya yang dikerjakan, yang dapat dilaksanakan, dilakukan, tindakan atau perbuatan. Falsafah ini dikembangan oleh orang bernama William James di Amerika Serikat. Menurut filsafat ini dinyatakan, bahwa sesuatu ucapan, hukum, atau sebuah teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat. Suatu kebenaran atau suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia. Kebenaran adalah benar apabila ia membawa kepada akibat yang memuaskan, jika membawa akibat yang memuaskan, dan jika berlaku dalam praktek, serta memiliki nilai praktis, maka dapat dinyatakan benar dan memiliki nilai kebenaran.
               Menurut penganut praktis, sebuah kebenaran disebut benar jika memiliki nilai kegunaan [utility] dapat dikerjakan [workability], akibat atau pengaruhnya yang memuaskan [satisfactory consequence]. Dinyatakan sebuah kebenaran  jika memilki “hasil yang memuaskan “[satisfactory result], Dan dinyatakan kebenaran apabila : memuaskan keinginan dan tujuan manusia, dapat diuji kebenarannya dengan eksperimen dan mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk tetap ada.     Penganut pragmatisme meletakkan ukuran kebenaran dalam salah satu konsekuensi. William James, misalnya mengatakan bahwa proposisi”Tuhan ada”adalah benar bagi seseorang yang hidupnya mengalami perubahan karena percaya adanya Tuhan. Ini berarti bahwa proposisi-proposisi yang membantu kita mengadakan penyesuaian-penyesuaian yang memuaskan terhadap pengamlan-pengalaman kita, adalah benar


LINGUISTIK

Linguistik berarti ilmu bahasa. Ilmu bahasa adalah ilmu yang objeknya bahasa.Bahasa di sini maksudnya adalah bahasa yang digunakan sehari-hari (atau fenomena lingual). Karena bahasa dijadikan objek keilmuan maka ia mengalami pengkhususan, hanya yang dianggap relevan saja yang diperhatikan (diabstraksi). Jadi yang diteliti dalam linguistik atau ilmu bahasa adalah bahasa sehari-hari yang sudah diabstraksi, dengan demikian anggukan, dehem, dan semacamnya bukan termasuk objek yang diteliti dalam linguistik.
Linguistik modern berasal dari Ferdinand de Saussure, yang membedakan langue, langage, dan parole (Verhaar, 1999:3). Langue adalah salah satu bahasa sebagai suatu sistem, seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris. Langage berarti bahasa sebagai sifat khas manusia, sedangkan parole adalah bahasa sebagaimana dipakai secara konkret (dalam bahasa Indonesia ketiga istilah tadi disebut bahasa saja dan mengacu pada konsep yang sama). Sejalan dengan hal di atas, Robins (1992:55) mengatakan bahwa langue merupakan struktur leksikal, gramatikal, dan fonologis sebuah bahasa, dan struktur ini sudah tertanam dalam pikiran penutur asli pada masa kanak-kanak sebagai hasil kolektif masyarakat bahasa yang dibayangkan sebagai suatu kesatuan supraindividual. Dalam menggunakan bahasanya, penutur bisa berbicara di dalam lingkup langue ini; apa yang sebenarnya diucapkannya adalah parole, dan satu-satunya kendali yang dapat dia atur adalah kapan dia harus berbicara dan apa yang harus ia bicarakan. Kaidah leksikal, gramatikal, dan fonologis telah dikuasai dan dipakai, dan kaidah tersebut menentukan ruang lingkup pilihan yang dapat dibuat oleh penutur. Pembedaan ini seperti apa yang dibuat Chomsky, yaitu antara competence (apa yang secara intuisi diketahui penutur tentang bahasanya) dan performance (apa yang dilakukan penutur ketika dia menggunakan bahasanya).
Ilmu linguistik sendiri sering disebut linguistik umum, artinya ilmu linguistik tidak hanya menyelidiki salah satu bahasa saja tetapi juga menyangkut bahasa pada umumnya. Dengan memakai istilah de Saussure, dapat dirumuskan bahwa ilmu linguistik tidak hanya meneliti salah satu langue saja, tetapi juga langage, yaitu bahasa pada umumnya. Sedangkan linguistik teoretis memuat teori linguistik, yang mencakup sejumlah subbidang, seperti ilmu tentang struktur bahasa (grammar atau tata bahasa) dan makna (semantik). Ilmu tentang tata bahasa meliputi morfologi (pembentukan dan perubahan kata) dan sintaksis (aturan yang menentukan bagaimana kata-kata digabungkan ke dalam frasa atau kalimat). Selain itu dalam bagian ini juga ada fonologi atau ilmu tentang sistem bunyi dan satuan bunyi yang abstrak, dan fonetik, yang berhubungan dengan properti aktual seperti bunyi bahasa atau speech sound (phone) dan bunyi non-speech sound, dan bagaimana bunyi-bunyi tersebut dihasilkan dan didengar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MANAJEMEN KEGIATAN OLAHRAGA/SENI

A.    PENGERTIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN JASMANI/OR                                                                                        ...