Selasa, 30 Oktober 2018

FILSAFAT ILMU DALAM BIDANG PENDIDIKAN

PENDAHULUAN
Pada artikel ini dideskripsikan tentang filsafat ilmu dalam bidang pendidikan. Deskripsi filsafat ilmu dalam bidang pendidikan berisi tentang pengertian dan cabang-cabang filsafat, filsafat ilmu, filsafat ilmu pendidikan, hakekat ilmu pendidikan, dan metode penelitian dalam ilmu pendidikan.

FILSAFAT ILMU
Filsafat
Sebelum sampai pada definisi filsafat ilmu maka terlebih dahulu dideskripsikan pengertian filsafat. Filsafat adalah disiplin yang mempelajari objek-objek kemanusiaan secara menyeluruh (komprehensif), merangkum, spekulatif rasional, dan mendalam sampai ke akarnya (radiks), sehingga diperoleh inti hakiki dari objek yang dipelajari. Masalah-masalah kemanusiaan utama dalam hidup ini meliputi 3 hubungan penting manusia dalam kehidupannya, yaitu:
  • Hubungan manusia dengan keberadaan Tuhan.
  • Hubungan manusia dengan keberadaan alam semesta.
  • Hubungan manusia dengan keberadaan manusia, baik secara individual maupun kelompok.

Cabang-Cabang filsafat
Cabang-cabang filsafat yang utama adalah sebagai berikut :
  • Metafisika (ontologi). Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat realitas terdalam dari segala sesuatu, baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat non fisik.
  • Epistemologi adalah cabang filsafat yang melakukan penelaahan tentang hakekat pengetahuan manusia. Secara khusus, dalam epistemologi dilakukan kajian-kajian yang mendalam tentang hakekat terjadinya perbuatan mengetahui, sumber pengetahuan, tingkat-tingkat pengetahuan, metode untuk memperoleh pengetahuan, kesahihan pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan.
  • Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat nilai. Berdasar pada pokok penekanannya, aksiologi dapat dibagi menjadi etika (filsafat tentang baik buruk perilaku manusia) atau filsafat moral dan estetika atau filsafat keindahan.

Selain cabang-cabang utama filsafat di atas, terdapat cabang-cabang filsafat lain yang bersifat khusus. Cabang filsafat khusus itu antara lain adalah: filsafat manusia, filsafat ketuhanan, filsafat agama, filsafat sosial dan politik, dan filsafat pendidikan.

Filsafat Ilmu
Psillos & Curd (2008) menjelaskan bahwa filsafat ilmu adalah filsafat yang berhubungan dengan masalah-masalah filosofis dan fundamental yang terdapat dalam ilmu. Dalton dkk. (2007) menjelaskan bahwa filsafat ilmu mengacu pada keyakinan seseorang tentang esensi pengetahuan ilmiah, esensi metode dalam pencapaian pengetahuan ilmiah, dan hubungan antara ilmu dan perilaku manusia.
Lacey (1996) mengajukan definisi filsafat ilmu sebagai suatu studi filosofis yang sangat luas dan mendalam tentang ilmu. Studi filosofis yang sangat luas dan mendalam tentang ilmu itu pada dasarnya mencakup bahasan-bahasan seperti:
  • Hakekat ilmu.
  • Tujuan ilmu.
  • Metode ilmu.
  • Bagian-bagian ilmu.
  • Jangkauan ilmu.
  • Hubungan ilmu dengan masalah-masalah kehidupan yang lain (nilai, etika, moral, kesejahteraan manusia).

Dalam konteks yang bersifat melengkapi, Rudner (1966) mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah bagian dari epistemologi yang memiliki fokus pada kajian tentang karakteristik pengetahuan ilmiah. Selanjutnya, Rudner (1966) juga menyatakan bahwa filsafat ilmu pun memiliki bagian-bagian yang berkembang tersendiri berdasar pada objek-objek spesifiknya. Bagian-bagian itu antara lain adalah filsafat ilmu-ilmu sosial, filsafat ilmu-ilmu alam, filsafat ilmu pendidikan, dan filsafat ilmu fisika.
Menurut French & Saatsi (2011) sejarah filsafat ilmu sebagai disiplin yang bersifat mandiri (memiliki jurnal, komunitas ilmiah, dan pertemuan ilmiah) termasuk masih muda dengan usia sekitar 80 tahun. Namun demikian, sebenarnya keberadaan filsafat ilmu telah ada sejak berkembangnya ilmu itu sendiri pada masa Aristoteles yang dapat dianggap sebagai ilmuwan pertama. Filsafat ilmu melakukan penelaahan terhadap isu-isu metode ilmiah, hakekat teori ilmiah dan bagaimana hubungan teori dengan realitas, dan tujuan-tujuan ilmu.
Berdasar berbagai definisi tentang filsafat ilmu yang telah diuraikan kemudian dapat disimpulkan pengertian singkat filsafat ilmu:
  • Filsafat ilmu adalah sebagai cabang filsafat, khususnya epistemologi, yang mempelajari tentang hakekat pengetahuan ilmu (Hanurawan, 2012).
Keterangan: banyak filsuf memberi penekanan filsafat ilmu sebagai bagian dari filsafat pengetahuan (epistemologi) karena filsafat ilmu banyak melakukan kajian tentang salah satu jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan keilmuan atau pengetahuan ilmiah.
Dalam filsafat ilmu terdapat pembagian filsafat ilmu menjadi filsafat ilmu umum dan filsafat ilmu khusus (Psillos & Curd, 2008). Filsafat ilmu umum adalah filsafat ilmu untuk semua ilmu, sedangkan filsafat ilmu secara individual adalah filsafat ilmu tentang ilmu-ilmu tersendiri, seperti filsafat ilmu psikologi, filsafat ilmu-ilmu sosial, dan tentu saja filsafat ilmu pendidikan.
Filsafat ilmu umum lebih menekankan konsep-konsep filosofis ilmu dan ciri-ciri umum metode ilmiah yang digunakan oleh semua ilmu. Ini berarti dalam filsafat ilmu umum yang menjadi objek telaah adalah semua ilmu. Sedangkan dalam filsafat ilmu khusus lebih menekankan pada telaah konsep-konsep filosofis pada ilmu-ilmu tertentu dan ciri-ciri metode ilmiah yang digunakan oleh ilmu-ilmu khusus (matematika, biologi, ekonomi, psikologi, fisika, dan ilmu pendidikan).

FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN
Pengertian
Berpijak pada beberapa definisi tentang filsafat ilmu itu maka kemudian dapat dibuat aplikasi pengertian filsafat ilmu dalam bidang pendidikan, yang dapat disebut dengan istilah filsafat ilmu pendidikan. Filsafat ilmu pendidikan adalah filsafat, khususnya adalah cabang dari filsafat pengetahuan (epistemologi), yang secara mendalam, spekulatif, dan komprehensif mempelajari tentang hakekat ilmu pendidikan.
Apabila dilihat secara lebih mendalam, yaitu karena filsafat ilmu pendidikan termasuk cabang dari filsafat maka dapat dikemukakan bahwa dasar-dasar berpikir dalam melakukan perenungan filsafat ilmu pendidikan harus mengacu pada dasar-dasar filsafat yang utama, yaitu dasar metafisika (ontologi), dasar epistemologi, dan dasar aksiologi,
Dasar metafisika ilmu berarti bahwa suatu ilmu pendidikan harus memiliki dasar eksistensi untuk dapat menetapkan realitas dirinya dalam dunia pengetahuan ilmiah secara khusus dan dunia pengetahuan pada umumnya. Keberadaan ilmu pendidikan biasanya dihubungkan dengan pandangan metafisika dan objek utama yang menjadi kajian ilmu. Pandangan metafisika itu misalnya terkait dengan pertanyaan-pertanyaan:
  • Apakah hakekat keberadaan ilmu itu bersifat monis (satu) di seluruh dunia atau bersifat plural?
  • Selanjutnya, apabila bersifat monis timbul pertanyaan lanjutan: Apakah hakekat keberadaan ilmu bersifat material atau spiritual?
  • Selanjutnya, apabila bersifat plural timbul pertanyaan lanjutan: Bagaimana hubungan hakekat keberadaan ilmu yang bersifat material, kejiwaan, dan spiritual?

Dalam bidang ilmu pendidikan, dasar metafisika yang terkait dengan objek ilmu pendidikan dapat ditemui dalam keberadaan aliran-aliran besar dalam ilmu pendidikan. Aliran-aliran besar dalam ilmu pendidikan itu misalnya dapat ditemui dalam aliran pendidikan behavioristik yang menganut paham monisme materialistik dan aliran pendidikan transpersonal yang cenderung bersifat plural.
Dasar epistemologi ilmu atau dasar filsafat pengetahuan ilmu berarti bahwa suatu ilmu harus memiliki kriteria dasar bagi penentuan suatu pengetahuan dapat disebut sebagai pengetahuan ilmiah. Dalam bidang ilmu pendidikan, dasar epistemologi ilmu terkait dengan objek kajian ilmu pendidikan, metode pemerolehan pengetahuan dalam ilmu pendidikan, batas-batas pengetahuan ilmu pendidikan, dan validitas pengetahuan ilmiah dalam ilmu pendidikan (kriteria kebenaran suatu pengetahuan ilmiah).
Dasar aksiologi ilmu berarti bahwa ilmu harus dapat menetapkan kriteria yang seharusnya ada tentang hubungan antara ilmu dan nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai kemanusiaan itu mencakup nilai etika dan nilai keindahan. Dalam ilmu pendidikan, dasar aksiologi terkait dengan penerapan prinsip etika dan estetika dalam penelitian dan praktek ilmu pendidikan.

Ruang Lingkup Filsafat Ilmu Pendidikan
Berdasar dasar-dasar metafisika, epistemologi, dan aksiologi ilmu maka secara umum, ruang lingkup yang menjadi bidang kajian filsafat ilmu adalah sebagai berikut:
  • Masalah-masalah metafisika atau eksistensi realitas yang berhubungan dengan keberadaan suatu ilmu.
  • Masalah-masalah epistemologis atau metode pencapaian pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu.
  • Masalah-masalah etika atau moralitas yang berhubungan dengan aktivitas pencapaian ilmu dan penerapan ilmu dalam kehidupan masyarakat.
  • Masalah-masalah estetika atau keindahan yang berhubungan dengan ilmu.

Selain tinjauan ruang lingkup yang bersifat umum berdasar cabang-cabang utama yang menjadi dasar landasan ilmu, secara lebih teknis ruang lingkup yang menjadi bidang kajian filsafat ilmu dapat dipilah berdasar topik-topik yang bersifat lebih khusus. Dalam hal ini seperti telah termaktub dalam pendapat Lacey (1996) tentang pengertian filsafat ilmu sebelumnya, maka ruang lingkup filsafat ilmu dapat dipilah menurut topik-topik sebagai berikut:
  • Hakekat ilmu
  • Tujuan aktivitas keilmuan
  • Metode keilmuan
  • Bagian-bagian ilmu
  • Jangkauan ilmu
  • Hubungan ilmu dengan masalah-masalah kehidupan lain di luar ilmu.

Dalam konteks yang hampir sama dengan pendapat Lacey (1996), Earle (1992) secara tersirat mengemukakan bidang-bidang kajian yang menjadi ruang lingkup perenungan filsafat ilmu, yaitu:
  • Pengertian ilmu
  • Tujuan ilmu
  • Masalah metodologi dalam kegiatan keilmuan
  • Penggolongan ilmu
  • Pengembangan teori, model, dan paradigma keilmuan
  • Ilmu dan kesejahteraan manusia
  • Aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat ilmu.

Demikianlah beberapa pemikiran tentang ruang lingkup yang menjadi bidang kajian filsafat ilmu. Apabila diperbandingkan ruang lingkup-ruang lingkup tersebut satu dengan yang lain maka kemudian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya beberapa uraian tentang ruang lingkup itu bersifat saling melengkapi dan memiliki inti yang kurang lebih sama.
Apabila ruang lingkup filsafat ilmu itu diterapkan dalam ilmu pendidikan maka diperoleh rumusan ruang lingkup filsafat ilmu dalam ilmu pendidikan adalah sebagai berikut:
  • Masalah-masalah metafisika atau eksistensi realitas yang berhubungan dengan keberadaan ilmu pendidikan.
  • Masalah-masalah epistemologis atau metode pencapaian pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu pendidikan
  • Masalah-masalah etika atau moralitas yang berhubungan dengan aktivitas pencapaian ilmu dan penerapan ilmu pendidikan dalam kehidupan masyarakat.
  • Masalah-masalah estetika atau keindahan yang berhubungan dengan ilmu pendidikan.

Selain itu, ruang lingkup filsafat ilmu yang diterapkan dalam ilmu pendidikan juga dapat dirumuskan sebagai sebagai berikut:
  • Pengertian ilmu pendidikan
  • Tujuan ilmu pendidikan
  • Masalah metodologi dalam kegiatan keilmuan pendidikan
  • Penggolongan dalam ilmu pendidikan
  • Pengembangan teori, model, dan paradigma keilmuan dalam ilmu pendidikan
  • Hubungan ilmu pendidikan dan kesejahteraan manusia
  • Aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat ilmu pada ilmu pendidikan.

HAKEKAT ILMU PENDIDIKAN
Pengertian Ilmu
Sebelum sampai pada pengertian ilmu pendidikan maka perlu dideskripsikan terlebih dahulu pengertian ilmu. Marczyk dkk. (2005) mengemukakan definisi ilmu sebagai suatu pendekatan metodologis dan sistematik untuk memperoleh pengetahuan baru. Sprinthall dkk. (1991) mendefinisikan ilmu sebagai suatu pengetahuan yang teorganisir dan sekumpulan teknik sistematik untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Definisi ini memberikan penegasan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang bersifat sistematik dan tidak dapat dipisahkan dari metode ilmiah sebagai teknik untuk memperoleh pengetahuan ilmiah.
Syarat-Syarat Ilmu
Giorgi (1995) menjelaskan bahwa tidak semua ragam pengetahuan dapat diklasifikasikan sebagai pengetahuan ilmiah. Suatu jenis pengetahuan dapat memiliki status sebagai pengetahuan ilmiah karena memenuhi empat syarat. Empat syarat itu adalah bahwa pengetahuan itu harus bersifat sistematis, metodis, kritis, dan universal.
  • Pengetahuan ilmiah bersifat sistematis berarti aspek-aspek berbeda yang menjadi bagian dari suatu pengetahuan memiliki potensi untuk terkait satu dengan yang lain dalam konteks sebuah sistem. Aspek-aspek berbeda yang terkandung dalam pengetahuan ilmiah tidak merupakan suatu keadaan yang tidak beraturan, melainkan harus menuruti pola dan struktur tertentu.
  • Pengetahuan ilmiah bersifat kritis berarti bahwa pengetahuan itu terbuka bagi studi lebih lanjut. Dalam konteks ini, suatu pengetahuan ilmiah, misalnya suatu teori atau hukum umum, yang dikembangkan oleh seorang ilmuwan tidak diterima begitu saja tanpa syarat namun ilmuwan lain diperbolehkan untuk menguji atau bahkan melakukan perlawanan terhadap teori itu. Perkembangn sifat kritis dalam dunia ilmiah sangat terbantu oleh kemauan para ilmuwan untuk melakukan sosialisasi teori dalam suatu komunitas ilmiah, sehingga suatu teori akan mendapat kesempatan untuk dikritisi dalam publik yang lebih luas. Sosialisasi itu dapat melalui forum-forum ilmiah, seperti penerbitan berkala atau jurnal ilmiah, buku ilmiah, seminar, dan promosi hasil penelitian.
  • Pengetahuan ilmiah bersifat metodis berarti bahwa metode atau cara untuk mengumpulkan dan menganalisis data secara intersubjektif harus tersedia. Hasil karya seorang jenius yang tidak menggunakan metode mungkin saja dapat dinilai sangat mengagumkan, namun hasil karya itu tidak dapat diklasifikasikan sebagai pengetahuan ilmiah. Hasil karya itu tidak dapat diklasifikasikan sebagai pengetahuan ilmiah karena orang lain secara intersubjektif tidak mungkin untuk melakukan itu lagi dalam cara-cara yang secara relatif kurang lebih serupa.
  • Pengetahuan ilmiah bersifat universal berarti bahwa hasil-hasil pengetahuan ilmiah memiliki kemampuan untuk diterapkan secara umum pada konteks dan situasi yang kurang lebih sama. Universalitas ini akan menjamin hasil-hasil penelitian sebagai suatu kegiatan ilmiah memiliki kemampuan generalisasi eksternal terhadap konteks dan situasi yang memiliki ciri-ciri sama.
Berdasar uraian tentang hakekat ilmu maka itu berarti bahwa keberadaan ilmu pendidikan sebagai sebuah ilmu pun dapat ditinjau berdasar syarat-syarat yang telah dideskripsikan itu.
Pengertian Ilmu Pendidikan
Pengertian pendidikan yang dapat ditawarkan oleh penulis adalah sebagai berikut:
  • Pendidikan adalah ilmu tentang proses transformasi cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku dari generasi tua kepada generasi muda dalam suatu komunitas.

Objek Kajian Ilmu Pendidikan
Ilmu adalah studi yang bersifat sistematis dan intersubjektif tentang suatu fenomena yang memiliki tata aturan tersendiri. Objek-objek utama yang menjadi bidang kajian ilmu pendidikan antara lain adalah:
  • Belajar, pengajaran, dan pelatihan,
  • Metode belajar, pengajaran, dan pelatihan.
  • Perilaku guru dan siswa.
  • Media pengajaran dan belajar

Tujuan Ilmu Pendidikan
  • Mendeskripsikan aktivitas mental dan perilaku manusia.
  • Memahami aktivitas pendidikan.
  • Meramal aktivitas pendidikan.
  • Mengendalikan aktivitas pendidikan.
  • Memecahkan masalah-masalah pendidikan.

Metode dalam Ilmu Pendidikan
Dalam upaya untuk mencapai tujuan-tujuan ilmu pendidikan itu, ilmu pendidikan sebagai salah satu bidang ilmiah memiliki metode penelitian yang disesuaikan dengan objek-objek kajian pendidikan. Metode-metode penelitian pendidikan itu antara lain adalah:
  • Positivistik (kuantitatif). Tujuan penelitian adalah untuk menetapkan objektivitas berdasar pada bukti-bukti empiris dan hukum-hukum yang dapat digeneralisasi tanpa memperhatikan atau tanpa dipengaruhi oleh konteks tempat penelitian dilakukan. Objektivitas hasil penelitian sangat ditentukan oleh peminimalan kesalahan dalam proses pengukuran. Tujuan penelitian adalah deskripsi, penjelasan, kontrol, dan prediksi. Contoh aliran pendidikan yang menggunakan metode positivistik adalah pendidikan behavioristik.
  • Interpretif (kualitatif). Tujuan penelitian adalah pemahaman terhadap bahasa dan perilaku yang bersifat sehari-hari atau bersifat alamiah yang berujung pada temuan-temuan makna dan keyakinan yang ada dalam diri partisipan. Hubungan antara ilmu, metode penelitian, dan proses penelitian dengan   nilai adalah lekat nilai atau bermuatan nilai (value-laden). Dalam hal ini pengetahuan ilmiah sebagai hasil dari penelitian metode penelitian interpretif termuat di dalamnya nilai-nilai personal dan sosial budaya partisipan penelitian. Contoh aliran pendidikan yang menggunakan metode interpretif adalah psikologi humanistik atau bidang-bidang pendidikan yang berhubungan dengan konteks budaya.
  • Penelitian kritis memberi kesempatan kepada peneliti, praktisi, dan partisipan menjelaskan dan menantang sumber-sumber dominasi dan eksploitasi yang ada dalam kehidupan sosial budaya tempat hidup seseorang. Penelitian kritis merupakan penelitian yang bertujuan pemberdayaan terhadap individu-individu atau kelompok-kelompok dalam masyarakat yang mengalami penindasan (oppressed). Oleh karena itu, penelitian kritis memiliki sifat-sifat: terbuka ideologi, kritik sosial, terbuka politik, dan orientasi emansipatori (Connole dkk., 1993). Tujuan penelitian kritis adalah untuk melakukan pemberdayaan (empowerment) berupa: pengembangan kesadaran kritis dan pengembangan tindakan (action) pada individu-individu atau kelompok-kelompok yang tertindas (perempuan, buruh, dan siswa). Contoh aliran pendidikan yang menggunakan metode penelitian kritis adalah pendidikan kritis.
 
KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan terkait deskripsi filsafat ilmu dalam bidang pendidikan adalah sebagai berikut:
  • Filsafat ilmu adalah sebagai cabang filsafat, khususnya epistemologi, yang mempelajari tentang hakekat pengetahuan ilmu.
  • Filsafat ilmu pendidikan adalah filsafat, khususnya adalah cabang dari filsafat pengetahuan (epistemologi), yang secara mendalam, spekulatif, dan komprehensif mempelajari tentang hakekat ilmu pendidikan.
  • Masalah-masalah filsafat ilmu pendidikan adalah: pengertian ilmu pendidikan, tujuan ilmu pendidikan, masalah metodologi dalam kegiatan keilmuan pendidikan, penggolongan dalam ilmu pendidikan, pengembangan teori, model, dan paradigma keilmuan dalam ilmu pendidikan, hubungan ilmu pendidikan dan kesejahteraan manusia, dan aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat ilmu pada ilmu pendidikan
  • Hakekat ilmu pendidikan adalah ilmu tentang proses transformasi cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku dari generasi tua kepada generasi muda dalam suatu komunitas.
  • Metode-metode penelitian pendidikan adalah positivistik, interpretif, dan kritis.

PENALARAN DAN LOGIKA DALAM FILSAFAT


PENALARAN

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

A.   Metode dalam menalar

Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif

Ø  Metode induktif

Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum.Paragraf Induktis sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis.Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf sebab akibat bisa juga akibat sebab.

Contoh paragraf Induktif:

Pada saat ini remaja lebih menukai tari-tarian dari barat seperti breakdance, Shuffle, salsa (dan Kripton), modern dance dan lain sebagainya. Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka menyukai rock, blues, jazz, maupun reff tarian dan kesenian tradisional mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren barat. Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri.Kesenian dan budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional.




Contoh generalisasi:

Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

Ø  Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial

B.   Konsep dan simbol dalam penalaran

Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
            
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen.Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.

Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.


C.   Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran.Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
-          Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
-          Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.


LOGIKA

Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.Logika adalah salah satu cabang filsafat.

Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (bahasa Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.

Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan.Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.

1.      Logika sebagai ilmu pengetahuan
Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan di mana objek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan objek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.

2.      Logika sebagai cabang filsafat
Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis.Praktis di sini berarti logika dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.
Logika digunakan untuk melakukan pembuktian.Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak.Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. Logika tidak bisa dihindarkan dalam proses hidup mencari kebenaran.

A.   Dasar-dasar Logika
Konsep bentuk logis adalah inti dari logika.Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya.Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis).Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.

Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif.

Ø  Penalaran deduktif
Penalaran deduktif, kadang disebut logika deduktif, adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif.Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah.Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.

Contoh argumen deduktif:

Setiap mamalia punya sebuah jantung
Semua kuda adalah mamalia
Setiap kuda punya sebuah jantung
Penalaran induktif

Penalaran induktif, kadang disebut logika induktif, adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.


Contoh argumen induktif:
Kuda Sumba punya sebuah jantung
Kuda Australia punya sebuah jantung
Kuda Amerika punya sebuah jantung
Kuda Inggris punya sebuah jantung
Setiap kuda punya sebuah jantung

Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif dan deduktif.

Deduktif
Induktif
Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar
Jika premis benar, kesimpulan pasti benar,tapi tak pasti benar
Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis
Kesimpulan yang memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.

Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar.Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar.
Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis.          Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.


SEJARAH LOGIKA

Masa Yunani Kuno
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.

Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta.Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.

Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica.Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.

Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari:

§  Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
§  Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
§  Air jugalah uap
§  Air jugalah es
§  Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.

Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini.

Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.

Buku Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam, yaitu:

1.      Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
2.      De interpretatione tentang keputusan-keputusan
3.      Analytica Posteriora tentang pembuktian.
4.      Analytica Priora tentang Silogisme.
5.      Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
6.      De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.

Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika.
Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa.Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Porohyus (232 - 305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku Aristoteles.
Boethius (480-524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin dan menambahkan komentar- komentarnya.
St. Yohanes dari Damaskus (674 - 749) menerbitkan Fons Scienteae.

Abad pertengahan dan logika modern
Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.
St.Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.[2]

Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti:

§  Petrus Hispanus (1210 - 1278)
§  Roger Bacon (1214-1292)
§  Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
§  William Ocham (1295 - 1349)
§  Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An
§  Essay Concerning Human Understanding

Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum.
J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic
Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:

§  Gottfried Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian.
§  George Boole (1815-1864)
§  John Venn (1834-1923)
§  Gottlob Frege (1848 - 1925)

Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di Johns Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs)

Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).
Logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain.

Logika sebagai matematika murni
Logika masuk ke dalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika yang tersistematisasi.Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik).Logika tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.

Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).

Kegunaan logika
1.      Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2.      Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3.      Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4.      Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis
5.      Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan, serta kesesatan.
6.      Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
7.      Terhindar dari klenik, tahayul, atau kepercayaan turun-temurun (bahasa Jawa: gugon-tuhon)
8.      Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.





Macam-macam logika

Ø  Logika alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif.Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.Logika ini bisa dipelajari dengan memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata.

Ø  Logika ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi.Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran.Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman.Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.




MANAJEMEN KEGIATAN OLAHRAGA/SENI

A.    PENGERTIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN JASMANI/OR                                                                                        ...