Kamis, 11 Oktober 2018

ASPEK ONTOLOGI DALAM FILSAFAT ILMU

Ontologi
1.
Pengertian Ontologi
Secara etimologis, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata yaitu ontos dan logos. Ontos yang berarti ada atau keberadaan sedangkan logos yang berarti studi (ilmu tentang). Menurut pengertian tersebut dapat diartikan secara sederhana bahwa ontologi adalah ilmu atau studi tentang keberadaan.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ontologi merupakan cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup. Dengan kata lain, ontologi menanyakan, mengamati, dan menganalisis keberadaan, eksistensi, dan bahkan hakikat yang ‘ada’. Ontologi meliputi permasalahan apa hakikat ilmu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inhern dengan pengetahuan itu, dan tidak terlepas dari pandangan tentang apa dan bagaimana yang ada itu.
Menurut Sidi Gazalba, ontologi sebenarnya adalah sebuah studi yang mempelajari hakikat keberadaan sesuatu, dari yang berbentuk konkret sampai yang berbentuk abstrak, tentang sesuatu yang tampak sampai yang tidak tampak. Mengenai eksistensi dunia nyata maupun eksistensi gaib.
2. Aliran Ontologi
Beberapa aliran ontologi yang terkenal dan berupaya menjelaskan hakikat realitas antara lain: monisme, dualisme, pluralisme, materialisme, idealisme, nihilisme, agnotisisme dan mistisisme.
Monisme:

Istilah monisme berasal dari Bahasa Yunani yaitu monos yang berarti tunggal atau sendiri. Ada beberapa pengertian mengenai monisme menurut Lorens yaitu: 1) Teori yang mengatakan bahwa segala hal dalam alam semesta dapat dijabarkan dan dijelaskan dalam kerangka kegiatan satu unsur dasar. Misalnya, Allah. 2) Teori yang menyatakan bahwa segala hal berasal dari satu sumber terakhir tunggal. 3) keyakinan, bahwa realitas adalah satu, dan segala sesuatu lainnya adalah ilusi. 4) Ajaran yang mempertahankan bahwa ajaran pokok seluruh eksistensi adalah satu sumber.
Dualisme:
Istilah dualisme berasal dari Bahasa Yunani, dualis yang berarti bersifat dua. Berbeda dengan monisme yang berpandangan bahwa hanya ada satu substansi, maka dualisme justru berpandangan bahwa ada dua substansi dalam kehidupan ini. Dalam pembahasan filsuf Rene Descartes wacana konsep dualisme dianggap sempurna. Di mana dualisme berhubungan dengan manusia, Rene Descartes memandang manusia sebagai makhluk yang berasal dari dua substansi yaitu jiwa sebagai alat berpikir dan tubuh jasmaniah yang bersifat fisikal. Kedua substansi tersebut saling terpisah satu sama lain. Dalam pemikiran inilah, dualisme menurut Rene Descartes merupakan dua substansi yang terpisah. Namun, Rene Descartes percaya bahwa selain dua substansi tersebut terdapat satu lagi substansi yang bersifat absolut yaitu Tuhan.

Pluralisme:
Istilah pluralisme berasal dari Bahasa Latin pluralis yang berarti jamak atau plural. Ketika berbicara tentang alam semesta, Empedokles menyatakan bahwa alam jagat raya yang kita saksikan ini terdiri dari empat unsur yaitu tanah, udara, api, dan air. Sedangkan Anaxagoras ingin membawa teori tersebut lebih jauh. Setelah melakukan kajian secara seksama Anaxagoras menyimpulkan bahwa tidak akan empat unsur tersebut yang membentuk alam semesta. Bagi Anaxagoras terdapat jutaan unsur bahkan substansi yang tak terhitung jumlahnya.
Materialisme:
Aliran ini memandang bahwa yang ‘ada’ sesungguhnya adalah bersifat material (kebendaan) atau realitas yang dapat dijelaskan secara materialistis.
Idealisme:
Istilah idealisme berasal dari kata ‘idea’ yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Secara sederhana, idealisme menyatakan bahwa realitas terdiri atas ide-ide, pikiran-pikiran, atau mind dan bukan benda material. Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dulu daripada materi.
Nihilisme:
Istilah nihilisme berasal dari Bahasa Latin yang secara harfiah berarti tidak ada atau ketiadaan. Secara umum nihilisme berarti pandangan bahwa keberadaan dan hidup di dunia sama sekali tidak berarti dan tidak bermanfaat.
Agnotisisme:
Istilah agnotisisme berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu a yang berarti ‘bukan’, ‘tidak’, dan gnostikos yang berarti ‘orang yang mengetahui atau mempunyai pengetahuan tentang’. Dari pengertian tersebut bisa diambil pengertian bahwa agnotisisme dibagi dalam dua wacana, yaitu: pertama, paham yang berhubungan dengan wacana ketuhanan. Aliran ini mengklaim bahwa manusia tidak pernah mampu untuk mengetahui eksistensi Tuhan. Kedua, manusia tidak mungkin mampu mengetahui sesuatu yang berada di balik realitas.
Eksistensi Tuhan (Mistisisme):
Salah satu realitas fundamental yang diperbincangkan dalam mistisisme adalah eksistensi Tuhan yang merupakan realitas tertinggi dan menjadi sumber bagi eksistensi segala sesuatu.
3. Relevansi antara Ontologi dan Manajemen
Peter Drucker, seorang ahli bisnis dan profesor terkemuka di bidang manajemen berpendapat bahwa praktek dan ilmu manajemen memiliki dimensi filosofis yang sangat mendalam. Menurutnya, manajemen tidak bisa dilepaskan dari filsafat. Karena tanpa filsafat manajemen tidak memiliki pondasi yang kuat. Di sisi lain tanpa manajemen filsafat hanya akan menjadi sebatas pengetahuan dan insight yang belum diterapkan dalam praktek.
Telaah ontologi akan membahas mengenai objek ilmu. Di mana menurut Jujun Suriasumantri syarat sebuah ilmu ada objek yaitu objek materil dan objek formal. Peran manajemen dimaksudkan untuk menggambarkan peran yang harus dilakukan oleh seorang manajer atau pemimpin dalam mengelola dan menggerakkan organisasi.
Berdasarkan deskripsi tersebut, bisa diambil kesimpulan bahwa objek materil manajemen adalah beberapa orang (pemimpin atau manajer) dan segala hal yang digerakkan oleh manajer. Sedangkan untuk objek formalnya adalah seluruh bentuk penagarahan, pengelolaan, dan pergerakan aktivitas dalam organisasi yang dilakukan (planning, organizing, actuating, controlling).
ALMA SAFITRI (20188500017) 
1A-POR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MANAJEMEN KEGIATAN OLAHRAGA/SENI

A.    PENGERTIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN JASMANI/OR                                                                                        ...